BAGIAN I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada
jaman modern ini manusia berusaha supaya segala sesuatu dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat tanpa hambatan. Oleh karena itu, penemuan-penemuan baru
dibidang teknologi yang dapat mempermudah kehidupan manusia yang sekarang
banyak diminati.
Sekarang
ini banyak peralatan atau mesin yang memiliki kemampuan sangat baik, dari segi
operasionalnya sangatlah efisiensi sehingga tidak banyak memakan waktu dan
tempat.
Teknologi
dibidang refrigerasi dan air conditioning merupakan teknologi yang tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan manusia pada masa sekarang. Oleh karena itu
teknologi Refrigerasi adalah pilihan yang paling tepat karena Refrigerasi
mempunyai fungsi utama yaitu kenyamanan dan perlindungan.
Refrigerasi
adalah suatu sistem yang memungkinkan untuk mengatur suhu sampai mencapai suhu
dibawah suhu lingkungan. Penggunaan refrigerasi sangat dikenal pada sistem
pendingin udara pada bangunan, transportasi, dan pengawetan suatu bahan makanan
dan minuman. Penggunaan refrigerasi juga dapat ditemukan pada pabrik skala
besar, contohnya, proses dehidrasi gas, aplikasi pada industri petroleum
seperti pemurnian minyak pelumas, reaksi suhu rendah, dan proses pemisahan
hidrokarbon yang mudah menguap.
Refrigersi
juga merupakan metode pengkondisian temperatur ruangan agar tetap berada
dibawah temperatur lingkungan. Karena temperatur ruangan yang terkondisi
tersebut selalu berada dibawah temperatur lingkungan, maka ruangan akan menjadi
dingin, sehingga refrigerasi dapat juga disebut dengan metode pendinginan.
Refrigerasi
merupakan suatu proses penarikan panas/kalor dari suatu benda/ruangan sehingga temperatur
benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Sesuai
dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat
dipindahkan ke suatu bahan/benda lain yang akan menyerap kalor. Jadi
refrigerasi akan selalu berhubungan dengan proses-proses aliran panas dan
proses-proses perpindahan panas. Untuk mempelajari refrigerasi dengan baik,
dibutuhkan pengetahuan tentang bahan dan energi, temperatur, tekanan, panas dan
akibat-akibatnya serta subyek-subyek yang lain yang berhubungan dengan fungsi
dari suatu sistem refrigersi, terutama termodinamika dan perpindahan panas.
B. Tujuan
1) Mengidentifikasi komponen dan
peralatan sistem refrigerasi kompresi uap dan menjelaskan masing-masing
fungsinya.
2) Menyebutkan komponen utama
pada sistem refrigerasi kompresi uap.
C.
Manfaat
Operasi
refrigerasi mempunyai manfaat yang banyak, antara lain:
1) Pengkondisian udara pada
ruangan dalam bangunan/rumah, sehingga temperatur didalam bangunan/rumah lebih
dingin dibanding di luar rumah.
2) Pengolahan/transportasi/penyediaan
bahan-bahan makanan/minuman menjadi legis terhadap aktivitas mikro organisme.
3) Pembuatan batu es dan
dehidrasi gas dalam skala besar.
4) Pemurnian minyak pelumas pada
industri minyak bumi.
5) Melangsungkan reaksi-reaksi
kimia pada temperatur rendah.
6) Pemisahan terhadap
komponen-komponen hidrokarbon yang mudah menguap.
7) Pencairan gas untuk
mendapatkan gas murni (O2 dan N2).
D. Pembahasan Masalah
Masalah
yang muncul dan harus ditangani oleh penyusunan laporan adalah sebagai berikut
:
Bagaimana
merancang atau membuat sistem refrigerasi kompresi uap sehingga bisa mencapai
temperatur yang ideal untuk kenyamanan dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, menjelaskan kelebihan dan kekurangan sistem tersebut.
E.
Sistematika Laporan
Agar dalam penulisan atau menguraikan masalah memiliki
acuan yang terarah, maka penulis yang akan menerangkan secara garis besar
tentang pokok yang akan dijelaskan diantaranya :
Ø BAB I PENDAHULUAN
Menerangkan tentang latar belakang, tujuan, manfaat,
pembahasan, masalah, dan sistematika laporan.
Ø BAB II DASAR TEORI
Menjelaskan teori penunjang yang akan di pakai untuk
merealisasikan pembuatan sistem refrigasi kompresi uap.
Ø BAB III ALAT DAN BAHAN
Menjelaskan berbagai macam alat dan bahan yang di gunakan
untuk pembuatan sistem refrigasi kompresi uap.
Ø BAB IV DATA DAN ANALISA
Menjelaskan data dan analisa percobaan yang di ambil dan
analisa yang kami lakukan agar mencapai sistem yang ideal.
Ø BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Menjelaskan rangkuman dari laporan ini dan saran dari
penulis.
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengantar Sistem Refrigerasi
Salah satu aspek yang paling penting dan rekayasa
lingkungan termal adalah refrigerasi. Refrigerasi merupakan suatu proses
penarikan panas/kalor dari suatu benda/ruangan sehingga temperatur
benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Sesuai
dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat
dipindahkan ke suatu bahan/benda lain yang akan menyerap kalor.
Jadi refrigerasi akan selalu berhubungan dengan
proses-proses aliran panas dan proses-proses perpindahan panas. Untuk
mempelajari refrigerasi dengan baik, dibutuhkan pengetahuan tentang bahan dan
energi, temperatur, tekanan, panas dan akibat-akibatnya serta subyek¬subyek
yang lain yang berhubungan dengan fungsi dari suatu sistem refrigerasi,
terutama termodinamika dan perpindahan panas..
1. Sistem Refrigerasi
Sistem
refrigerasi pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu :
·
Sistem refrigerasi mekanik; dimana akan ditemui adanya mesin-mesin penggerak/dan alat mekanik
lain,
·
Sistem refrigerasi non mekanik, dimana tanpa menggunakan mesin-mesin penggerak/dan alat mekanik
lain.
Yang
termasuk dalam sistem refrigerasi mekanik adalah :
1.
Refrigerasi sistem kompresi uap
2.
Refrigerasi siklus udara
3.
Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra-rendah
4.
Refrigerasi siklus sterling,
dan
sistem refrigerasi non mekanik adalah sebagai berikut :
1.
Refrigerasi thermoelektrik
2.
Refrigerasi absorbsi
3.
Refrigerasi steam jet
4.
Refrigerasi magnetic
5.
Heat
pipe.
2. Penerapan-penerapan Refrigerasi
Penerapan-penerapan refrigerasi pada dasarnya hampir meliputi seluruh
aspek kehidupan
kita sehari-hari. Industri refrigerasi dan tata udara berkembang pesat dan bervariasi. Salah satu penggunaan dasar dari
refrigerasi adalah pembuatan es. Saat ini refrigerasi
sangat penting artinya dalam bidang produksi, pengolahan dan distribusi makanan, juga untuk mencapai kegiatan industri
yang efisien baik alat dan hasil yang produksi
maupun para sumber daya manusianya yang bekerja lebih efektif.
Pada
dasarnya, penerapan refrigerasi dibagi dalam 5 kelompok bidang yaitu :
v Refrigerasi domestik
v Refrigerasi komersil
v Refrigerasi industri
v Refrigerasi transportasi
v Tata udara industri dan tata
udara kenyamanan.
v
Refrigerasi Domestik :
Refrigerasi domestik memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dari yang
lain, dimana yang utama akan
dipelajari tentang penggunaan lemari es dan freezer di rumah tangga. Tetapi bagaimanapun juga karena unit-unit
pelayanannya sangat luas, refrigerasi domestik
mewakili suatu bagian dan industri refrigerasi. Unit domestisk biasanya berbentuk kecil, yang mempunyai daya antara 35 W
sampai 375 W dan dari jenis kompresor
hermetik, walaupun pada saat ini sudah mulai dikembangkan dengan menggunakan sistem lain selain kompresi uap.
v Refrigerasi Industri/komersial :
Refrigerasi industri sering dikacaukan dengan refrigerasi komersil karena
pembagian antara ke dua bidang tersebut tidak jelas. Tetapi sebagai gambaran
umum, biasanya refrigerasi industri lebih besar dari pada refrigerasi komersil
dan membutuhkan seorang atau lebih yang benar-benar ahli untuk dapat
mengoperasikannya, sebagai contoh misalnya pabrik es, pabrik pengepakan makanan
yang besar (daging, ikan, ayam, makanan beku dn.), pabrik susu, pabrik bir,
pabrik anggur, pabrik minuman ringan, dan berbagai industri lain seperti industri
penyulingan minyak, industri kimia, industri semen, pabrik karet, bahkan
industri konstruksi sipil/bangunan , industri tekstil, pabrik kertas, industri
logam dan lain-lain.
v Refrigerasi Transportasi :
Sesuai dengan namanya, sistem ini mempelajari refrigerasi yang digunakan
pada bidang transportasi seperti kapal, truk, kereta api, pesawat terbang baik
untuk jarak jauh maupun untuk pengiriman lokal dan lain-lain.
v Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sederhana :
Sistem kompresi uap merupakan dasar sistem refrigerasi yang terbanyak
digunakan, dengan komponen utamanya adalah kompresor, evaporator, alat ekspansi
("Throttling Device"), dan kondensor.
Keempat komponen tersebut melakukan proses yang saling berhubungan dan
membentuk siklus refrigerasi kompresi uap.
Pada
diagram P-h, siklus refrigerasi kompresi uap dapat digambarkan sebagai berikut
:
Ø Proses Yang Terjadi Pada Siklus Refrigerasi
Kompresi Uap
Proses kompresi (1-2)
Proses ini berlangsung di
kompresor secara isentropik adiabatik. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk
di kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah dikompresi refrigeran
mejadi uap bertekanan tinggi Oleh karena proses ini dianggap isentropik, maka
temperatur ke luar kompresor pun meningkat. Besarnya kerja kompresi per satuan
massa refrigeran bisa dihitung dengan rumus:
Wk = h2 – h1
dimana : Wk = besarnya
kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
hl = entalpi refrigeran masuk
saat kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran
saat keluar kompresor (kJ/kg)
Proses kondensasi (2 - 3)
Proses ini berlangsung di
kondensor. Refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi keluaran dari
kompresor membuang kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti
bahwa di kondensor terjadi penukaran kalor antara refrigeran dengan udara,
sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara pendingin dan akhirnya
refrigeran mengembun menjadi cair.
Besar panas per satuan
massa refrigeran yang dilepaskan di kondensor dinyatakan sebagai :
qc = h2— h3
dimana : cle = besarnya
panas dilepas di kondensor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran
saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = entalpi refrigeran
saat keluar kondensor (kJ/kg)
Proses ekspansi (3 - 4)
Proses ini berlangsung
secara isoentalpi, hal ini berarti tidak terjadi penambahan entalpi tetapi
terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur. Proses penurunan tekanan terjadi
pada katup ekspansi yang berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfungsi mengatur
laju aliran refrigeran dan menurunkan tekanan.
h3 = h4
Proses Evaporasi (4 - 1)
Proses ini berlangsung di
evaporator secara isobar isotermal. Refrigeran dalam wujud cair bertekanan
rendah menyerap kalor dari lingkungan / media yang didinginkan sehingga
wujudnya berubah menjadi gas bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk evaporator
sebenarnya adalah campuran cair dan gas, hal ini terlihat dari gambar, yang
mana posisi titik 4 berada di dalam kubah garis jenuh.
Besarnya kalor yang
diserap oleh evaporator adalah :
Qe = h1 — h4
dimana : qe = besar kalor
yang diserap dievaporator ((kJ/kg)
h1 = harga entalpi ke luar
evaporator (kJ/kg)
h4 = harga entalpi masuk
evaporator (kJ/kg)
Selanjutnya, refrigeran
kembali masuk ke kompresor dan bersikulasi lagi, begitu seterusnya sampai
kondisi yang diinginkan tercapai.
B.
Komponen
Utama pada Sistem Refrigerasi
Pengertian
Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari
suatu benda atau ruang untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu
bentuk dari energi, sehingga mengambil kalor suatu benda ekuivalen dengan
mengambil sebagian energi dari molekul-molekulnya. Pada aplikasi tata udara
(air conditioning), kalor yang diambil berasal dari udara. Untuk mengambil
kalor dari udara, maka udara harus bersentuhan dengan suatu bahan atau material
yang memiliki temperatur yang lebih rendah.
Suatu
mesin refrigerasi akan memiliki tiga sistem terpisah yakni:
1.
Sistem refrigerasi
2.
Sumberdaya untuk menggerakkan kompresor, yang
berupa motor listrik
3.
Sistem kontrol untuk menjaga suhu benda atau
ruangan seperti di inginkan.
Mesin
refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin pembeku (freezer),
pendingin sayur dan buah-buahan pada supermarket, mesin pembeku daging dan
ikan, dan sebagainya.
Peralatan
ini dapat dijumpai mulai dari skala kecil pada rumah tangga hingga skala besar
pada aplikasi komersial dan industri.
Di
samping itu, sistem refrigerasi komputer uap jugga digunakan pada aplikasi tata
udara. Pada aplikasi tata udara untuk hunian manusia, mesin yang digunakan
dapat ditemui mulai dari skala kecil seperti AC window dan AC split, sampai
dengan skala menengah dan besar seperti packaget rooftop air conditioner,
water-cooled chiller, dan air-cooled chiller.
Sistem refrigerasi yang umum dan
mudah dijumpai pada apliksai sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga,
komersial, dan industri, adalah sistem refrigerasi kompresi uap (vapor
compression refrigeration). Pada sistem ini terdapat refrigeran (refrigerant),
yakni suatu senyawa yang dapat berubah fase secara cepat dari uap ke cair dan
sebaliknya. Pada saat terjadi perubahan fase dari cair ke uap, refrigeran akan
mengambil kalor (panas) dari lingkungan. Sebaliknya, saat berubah fase dari uap
ke cair, refrigeran akan membuang kalor (panas) ke lingkungan sekelilingnya.
Komponen
utama dari suatu sistem refrigerasi kompresi uap adalah:
1.
Evaporator
2.
Kompresor
3.
Kondenser
4.
Alat ekspansi (metering device)
Semua
komponen tersebut dihubungkan oleh suatu sistem pemipaan sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar.
Gambar 1
|
Pemipaan pada sistem
|
1.
Kompresor
Kompresor dikenal sebagai jantung dari suatu sistem
refrigerasi, dan digunakan untuk menghisap dan menaikkan tekanan uap refrigeran
yang berasal dari evaporator. Bagian pemipaan yang menghubungkan antara
evaporator dengaan kompresor dikenal sebagai saluran hisap (suction line).
Penambahan tekanan uap refrigeran dengan kompresor ini dimaksud agar refrigeran
dapat mengembun pada temperatur yang relatif tinggi. Refrigeran yang keluar
dari kompresor masih berfasa uap dengan tekanan tinggi. Perbandingan antara absolut
tekanan buang (discharge pressure) dan tekanan isap (suction pressure) disebut
dengan ratio kompresi (compression ratio).
Kompresor pada sistem refrigerasi dapat berupa kompresor
torak (reciprocating compresor), rotary, scrol, screw, dan centrifugal.
Kompresor yang paling umum dijumpai dan terdapat dalam berbagai tingkat
kapasitas adalah kompresor torak.
Refrigeran
yang masuk kedalam kompresor harus benar-benar berfasa uap. Adanya cairan yang
masuk ke kompresor dapat merusak piston, silinder, piston ring dan batang
torak. Karena itu, beberapa jenis mesin refrigerasi dilengkapi dengan liquid
receiver untuk memastikan refrigeran yang diisap oleh kompresor benar-benar
telah berfasa uap.
Gambar 2
|
Kompresor
|
Disamping itu, kompresor memiliki terminal/kutub sebagaimana
kutub yang dimiliki oleh batre. Terminal/kutub ini sebagai tempat untuk
menghubungkan listrik dari sumber PLN ke kompresor. Terminal yang ada pada
kompresor ada tiga yaitu C (common / central), S (start), dan R (run). Posisi
ketiga terminal ini berbeda-beda tergantung merk kompresor yang digunakan.
Untuk mengetahui terminal C, S, atau R dapat dilakukan dengan cara mengukur
hambatan (resistansi) antara CS, CR, dan RS. Dimana hambatan yang terukur dari
CS + CR harus sama dengan RS.
CR + CS = RS
Keterangan: Untuk diingat bahwa hambatan CR lebih besar dari
hambatan CS (CR > CS) dan hambatan terbesar yaitu RS
Berikut akan di berikan contoh bagaimana cara mencari
terminal pada kompresor. Sebelum melakukan pengukuran, cabut komponen-komponen
yang ada diatasnya seperti overload, relay magnet, atau kabel-kabel yang
menempel pada kutub/terminal kompresor.
Gambar 3
|
Mencabut komponen dan kabel yang menempel pada
kutub/terminal
|
Untuk
penaman awal anggap saja ketiga kutub pada kompresor adalah X, Y, dan Z.
Gambar 4
|
Kutub C, S, R kompresor
|
Apabila
Anda belum tahu cara menggunakan alat ukur, cara mengukur hambatan dengan AVO
meter ada pada bab 9 perlengkapan servis lemari es. Jika sudah bisa menggunakan
alat ukur, ikuti langkah-langkah berikut:
1.
Ukur hambatan Y-X. Terbaca 30 ohm
Gambar 5
|
Mengukur kutub/terminal Y-X
|
2.
Ukur hambatan X-Z. Terbaca 40 ohm
Gambar 6
|
Mengukur kutub/terminal X-Z
|
3.
Ukur hambatan Y-Z. Terbaca 10 ohm
Gambar 7
|
Mengukur kutub/terminal Y-Z
|
Diperoleh bahwa hambatan terbesar yaitu 40 pada terminal XZ. Menurut
rumusan di atas,
maka terminal XZ adalah terminal RS (karena nilai hambatannya paling
tinggi). Dapat
disimpulkan bahwa kutub lainnya yaitu Y adalah saluran common (C).
Sekarang kutub C
sudah diketahui ada pada Y, selanjutnya selidiki kutub lainnya dengan
mengganti variabel Y jadi C.
Didapat: C-Z lebih kecil dari C-X, maka kutub Z adalah S
C-X lebih besar dari C-Z, maka kutub X adalah R
Jadi kutub X, Y, dan Z di atas adalah X = S, Y = C, dan Z = R. Dari nilai
resistansi yang diperoleh kita juga dapat memperkirakan kondisi kompresor masih
baik atau tidak. Kondisi kompresor yang baik yaitu apabila hubungan nilai
hambatan (resistansi) lilitannya tidak jauh dari CR + CS = SR.
2.
Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengembunkan atau
mengkondensasikan refrigeran bertekanan tinggi dari kompresor. Pemipaan yang
menghubungkan antara kompresor dengan kondensor dikenal dengan saluran buang
(discharge line). Dengan demikian, pada kondenser terjadi perubahan fasa uap ke
cair ini selalu disertai dengan pembuangan kalor ke lingkungan. Pada kondensor
berpendingin udara (air cooled condenser), pembuangan kalor dilakukan ke udara.
Pada kondensor berpendingin air (water cooled condenser), pembuangan kalor
dilakukan ke air.
Kondensor dipasang setelah saluran keluar (discharge)
kompresor. komponen ini biasanya dibuat dari pipa tembaga atau pipa alumunium.
Di sisi pipanya diberi sirip yang terbuat dari besi kecil atau plat alumunium
tipis. Sirip-sirip tersebut berguna untuk memperluas permukaan perpindahan
panas, sehingga panas yang dibuang lebih optimal.
Gambar 8
|
Kondensor
|
3.
Alat
Ekspansi (Metering Device )
Komponen
ini berfungsi memberikan satu cairan refrigeran dalam tekanan rendah ke
Evaporator sesuai dengan kebutuhan. Pada alat ekspansi terjadi penurunan
tekanan refrigeran akibat adanya penyempitan aliran. Alat ekspansi dapat berupa
pipa kapiler, katup ekspansi termostatik (TXV, thermostatik expansion valve),
katup ekspansi automatik, maupun katup ekspansi manual.
Gambar 9
|
Katup ekspansi jenis TXV
|
Setelah refrigeran terkondensasi di kondensor,
refrigeran cair tersebut mausk ke katup ekspansi yang mengontrol jumlah
refregean yang masuk ke evaporator. Ada banyak jenis katup ekspansi, tiga
diantaranya adalah pipa kapiler, katup ekspansi otomatis, dan katup ekspansi
termostatik.
a. Pipa Kapiler (capillary tube)
Katup ekspansi yang umum
digunakan untuk sistem refrigerasi rumah tangga adalah pipa kapiler. Pipa
kapiler adalah pipa tembaga dengan diameter lubang kecil dan panjang tertentu.
Besarnya tekanan pipa kapiler
bergantung pada ukuran diameter lubang dan panjang pipa kapiler. Pipa kapiler
diantara kondensor dan evaporator
Refrigeran yang melalui pipa
kapiler akan mulai menguap. Selanjutnya berlangsung proses penguapan yang sesungguhnya
di evaporator. Jika refrigeran mengandung uap air, maka uap air akan membeku
dan menyumbat pipa kapiler. Agar kotoran tidak menyumbat pipa kapiler, maka
pada saluran masuk pipa kapiler dipasang saringan yang disebut strainer.
Ukuran diameter dan panjang
pipa kapiler dibuat sedemikian rupa, sehingga refrigeran cair harus menguap
pada akhir evaporator. Jumlah refrigeran yang berada dalam sistem juga
menentukan sejauh mana refrigeran di dalam evaporator berhenti menguap,
sehingga pengisian refrigeran harus cukup agar dapat menguap sampai ujung
evaporator. Bila pengisian kurang, maka akan terjadi pembekuan pada sebagian
evaporator. Bila pengisian berlebih, maka ada kemungkinan refrigeran cair akan
masuk ke kompresor yang akan mengakibatkan rusaknya kompresor. Jadi sistem pipa
kapiler mensyaratkan suatu pengisian jumlah refrigeran yang tepat.
Gambar 10
|
Pipa kapiler
|
b. Katup
Ekspansi Otomatis (Automatic Expansion Valve “AXV”)
` Sistem pipa
kapiler sesuai digunakan pada sistem-sistem dengan beban tetap (konstan)
seperti pada lemari es atau freezer, tetapi dalam beberapa keadaan, untuk beban
yang berubah- ubah dengan cepat harus digunakan katup ekspansi jenis lainnya.
Beberapa katup ekspansi yang peka terhadap perubahan
beban, antara lain adalah katup ekspansi otomatis (AXV) yang menjaga agar
tekanan hisap atau tekanan evaporator besarnya tetap konstan. Gambar 11.
Bila beban evaporator bertambah maka temperatur
evaporator menjadi naik karena banyak cairan refrigeran yang menguap sehingga
tekanan di dalam saluran hisap (di evaporator) akan menjadi naik pula.
Akibatnya “bellow” akan bertekan ke atas hingga lubang
aliran refrigeran akan menyempit dan ciran refrigeran yang masuk ke evaporator
menjadi berkurang. Keadaan ini menyebabkan tekanan evaporator akan berkurang
dan “bellow” akan tertekanan ke bawah sehingga katup membuka lebar dan cairan
refrigeran akan masuk ke evaporator lebih banyak. Demikian seterusnya.
Gambar 11
|
Katup ekspansi AXV
|
c.
Katup Ekspansi Termostatik (Thermostatic Expansion Valve “TXV”)
Jika AXV
bekerja untuk mempertahankan tekanan konstan di evaporator, maka katup ekspansi
termostatik (TXV) adalah satu katup ekspansi yang mempertahankan besarnya panas
lanjut pada uap refrigeran di akhir evaporator tetap konstan, apapun kondisi
beban di evaporator.
Cara kerja TXV adalah sebagai
berikut :
Jika beban
bertambah, maka cairan refrigran di evaporator akan lebih banyak menguap,
sehingga besarnya suhu panas lanjut dievaporator akan meningkat. Pada akhir
evaporator diletakkan tabung sensor suhu (sensing bulb) dari TXV tersebut.
Peningkatan
suhu dari evaporator akan menyebabkan uap atau cairan yang terdapat ditabung
sensor suhu tersebut akan menguap (terjadi pemuaian) sehingga tekanannya
meningkat. Peningkatan tekanan tersebut akan menekan diafragma ke bawah dan
membuka katup lebih lebar. Hal ini menyebabkan cairan refrigeran yang berasal
dari kondensor akan lebih banyak masuk ke evaporator. Akibatnya suhu panas
lanjut di evaporator kembali pada keadaan normal, dengan kata lain suhu panas
lanjut di evaporator di jaga tetap konstan pada segala keadaan beban.
Gambar 12
|
Katup ekspansi TXV
|
4. Evaporator
Evaporator adalah komponen
yang digunakan untuk mengambil kalor dari suatu ruangan atau suatu benda yang
bersentuhan dengannya. Pada evaporator terjadi pendidihan (boiling) atau
penguapan (evaporation), atau perubahan fasarefrigran dari cair menjadi uap.
Refrigeran pada umumnya memiliki titik didih yang rendah. Sebagai contoh,
refrigeran 22 (R22) memiliki titik didih -41° C. Dengan demikian, refrigeran
mampu menyerap kalor pada temperatur yang sangat rendah.
Evaporator dapat berupa koil
telanjang tanpa sirip (bare pipe coil), koil bersirip (finned coil), pelat
(plate evaporator) shell and coil, atau shell and tube evaporator. Jenis
evaporator yang digunakan pada suatu sistem refrigerasi tergantung pada jenis
aplikasinya.
Gambar 13
|
Evaporator
|
Pada evaporator, refrigeran menyerap kalor dari ruangan yang
didinginkan. Penyerapan kalor ini menyebabkan refrigeran mendidih dan berubah
wujud dari cair menjadi uap (kalor/panas laten).
Panas yang dipindahkan berupa :
1.
Panas sensibel (perubahan tempertaur)
Temperatur refrigeran yang memasuki evaporator dari katup
ekspansi harus demikian sampai temperatur jenuh penguapan (evaporator
saturation temparature). Setelah terjadi penguapan, temperatur uap yang
meninggalkan evaporator harus pupa dinaikkan untuk mendapatkan kondisi uap
panas lanjut (super-heated vapor)
2.
Panas laten (perubahan wujud)
Perpindahan panas terjadi penguapan refrigeran. Untuk
terjadinya perubahan wujud, diperlukan panas laten. Dalam hal ini perubahan
wujud tersebut adalah dari cair menjadi uap atau mengupa (evaporasi).
Refrigeran akan menyerap panas dari ruang sekelilingnya.
Adanya proses perpindahan panas pada evaporator dapat
menyebabkan perubahan wujud dari cair menjadi uap.
Kapasitas evaporator adalah kemampuan evaporator untuk
menyerap panas dalam periode waktu tertentu dan sangat ditentukan oleh
perbedaan temperatur evaporator (evaporator temperature difference).
Perbedaan tempertur evaporator adalah perbedaan antara
temperatur jenuh evaporator (evaporator saturation temperature) dengan
temperatur substansi/benda yang didinginkan. Kemampuan memindahkan panas dan
konstruksi evaporator (ketebalan, panjang dan sirip) akan sangat mempengaruhi
kapaistas evaporator lihat gambar.
Gambar 14
|
Evaporator
|
C. Komponen
Pendukung/kontrol pada Sistem
Refrigerasi
a) Solenoid
Valve
Pada sistem refrigerasi,
solenoid valve atau katup solenoid dapat digunakaan untuk menyekat aliran
refrigeran pada saat sistem tidak sedang bekerja. Pada berbagai aplikasi, katup
solenoid juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk penghilangan bunga es
pada evaporator dengan metode hot gas defrosts.
Gambar 15
|
Selenoid valve
|
b) Filter Dryer
Komponen ini
berfungsi menyaring kotoran dan menghilangkan uap air yang kemungkinan masih
tertinggal pada sistem refrigerasi. Filter dryer dipasang pada liquid line,
yakni saluran yang menghubungkan antara keluaran kondenser dengan alat
ekspansi.
Gambar 16
|
Filter dryer
|
c) Sight Glass
Alat ini digunakan untuk
mengamati secara visual kondisi refrigeran pada liquid line. Apabila ada pada
sight glass terlihat ada gelembung, berarti kondensasi pada kondensor tidak
berlangsung secara sempurna. Selain itu, dari warna yang tampak pada alat ini
dapat dilihat apakah refrigeran pada sistem refrigerasi masih mengandung uap
air atau tidak.
Gambar 17
|
Sight glass
|
d) Accumulator
Merupakan alat
yang berguna untuk mengumpulkan cairan refrigerant yang berasal dari
Evaporator. Dengan adanya alat ini akan memudahkan pengaturan stock dari total
refrigerant, dan mencegah terjadinya cairan yang masuk ke compressor, karena
jika cairan dari evaporator masuk, maka akan menyebabkan terjadinya kerusakan
pada kompresor.
Gambar 18
|
Accumulator
|
e) Hand Valve
Alat ini termasuk
kedalam alat kontrol, namun masih manual.
Alat ini berfungsi
untuk membuka dan menutup aliran refrigerant yang akan menuju komponen
selanjutnya.
Alat ini juga
berfungsi untuk menyumbatkan/menahan refrigerant ketika pada aliran pipa
terjadi kebocoran, sehingga tidak perlu lagi membuang refrigerant yang ada didalam
sistem, dan kia bisa melakukan pengelasan/penyambungan pipa dengan mudah.
Gambar 19
|
Hand valve
|
f)
Amperemeter / Ampere Meter
Amperemeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Umumnya alat ini
dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik yang disebut
avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter.
Amper
meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk
deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang
besar ditambhan dengan hambatan shunt.
Amperemeter
bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada
kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya lorentz yang dapat
menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir maka semakin
besar pula simpangannya.
Gambar 20
|
Ampere meter
|
g)
Voltmeter / Volt Meter
Voltmeter
adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Dengan
ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan pengukuran alat
voltmeter berkali-kali lipat.
Gaya
magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus. Gaya
magnetic tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak
saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang mengelir maka semakin
besar penyimpangan jarum yang terjadi.
Gambar 21
|
Volt meter
|
h) MC
Magnetic Contactor (MC) adalah
sebuah komponen yang berfungsi sebagai penghubung/kontak dengan kapasitas yang
besar dengan menggunakan daya minimal. Dapat dibayangkan MC adalah relay dengan
kapasitas yang besat. Umumnya MC terdiri dari 3 pole kontak utama dan kontak
bantu (aux. contact). Untuk menghubungkan kontak utama hanya dengan cara
memberikan tegangan pada koil MC sesuai spesifikasinya.
Komponen utama sebuah MC
adalah koil dan kontak utama. Koil dipergunakan untuk menghasilkan medan magnet
yang akan menarik kontak utama sehingga terhubung pada masing masing pole.
Untuk aplikasi yang lebih, MC
mempunyai beberapa accessories. Dan yang paling banyak dipergunakan adalah
kontak bantu. Jika kontak bantu yang telah tersedia kurang bisa dilakukan
penambahan di samping atau depan. Pneumatic Timer juga sering dipakai dalam
wiring sebuah system, misalnya pada Star Delta Starter.
Gambar 22
|
MC
|
i)
TDR
TDR (Time Delay Relay) sering
disebut juga relay timer atau relay penunda batas waktu banyak digunakan dalam
instalasi motor terutama instalasi yang membutuhkan pengaturan waktu secara
otomatis.
Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan dengan
peralatan kontrol lain, contohnya dengan MC (Magnetic Contactor), Thermal Over
Load Relay, dan lain-lain.
Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi
peralatan yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu hidup
atau mati dari kontaktor atau untuk merubah sistem bintang ke segitiga dalam
delay waktu tertentu.
Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer
yang bekerja menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik.
Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan
bekerja bila motor mendapat tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan
memarik serta menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari
rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal
telah mengisi penuh kapasitor, maka relay akan terhubung. Lamanya waktu tunda
diatur berdasarkan besarnya pengisisan kapasitor.
Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan
(Coil) dan bagian outputnya sebagai kontak NO atau NC.
Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila
telah mencapai batas waktu yang diinginkan maka secara otomatis timer akan
mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO.
Pada umumnya timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan
kaki coil sebagai contoh pada gambar di atas adalah TDR type H3BA dengan 8 kaki
yaitu kaki 2 dan 7 adalah kaki coil, sedangkan kaki yang lain akan berpasangan
NO dan NC, kaki 1 akan NC dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3. Sedangkan kaki 8
akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki tersebut akan berbeda
tergantung dari jenis relay timernya.
Gambar 23
|
TDR
|
j)
Mengenal MCB
(Miniature Circuit Breaker)
MCB bekerja dengan cara pemutusan hubungan yang disebabkan oleh aliran
listrik lebih dengan menggunakan electromagnet/bimetal. Cara kerja dari MCB ini
adalah memanfaatkan pemuaian dari bimetal yang panas akibat arus yang mengalir
untuk memutuskan arus listrik. Kapasitas MCB menggunakan satuan Ampere (A),
Kapasitas MCB mulai dari 1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dll. MCB yang digunakan harus memiliki logo SNI
pada MCB tersebut
Cara mengetahui daya maximum dari MCB adalah dengan mengalikan kapasitas
dari MCB tersebut dengan 220v ( tegangan umum di Indonesia ).
contoh
Untuk MCB 6A mempunyai kapasitas menahan daya listrik sebesar :
6A x 220v = 1.200 Watt
Beberapa kegunaan MCB :
1. Membatasi Penggunaan Listrik
2. Mematikan listrik apabila
terjadi hubungan singkat ( Korslet )
3. Mengamankan Instalasi Listrik
4. Membagi rumah menjadi beberapa
bagian listrik, sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi listrik
Cara menentukan penyebab MCB turun
cara menyentuh bagian putih dari MCB, apakah panas atau tidak.
Ø Apabila tidak panas
kemungkinan ada bagian instalasi yang korslet, biasanya bila instalasi
yang korslet tersebut telah di perbaiki, MCB langsung dapat dinyalakan. Jika
sesudah beberapa menit MCB tersebut tetap tidak bisa dinyalakan kembali,
artinya MCB tersebut sudah rusak
Ø Apabila panas
Itu
menandakan MCB mengalami kelebihan beban dalam waktu yang cukup lama, tunggu
beberapa menit baru menyalakan MCB tersebut, biasanya apabila langsung di
nyalakan, MCB akan langsung turun kembali, hal ini disebabkan oleh BiMetal yang
memuai dan membutuhkan waktu untuk kembali ke bentuk semula. Bila sesudah
beberapa menit, MCB tersebut tetap tidak bisa dinyalakan, artinya MCB tersebut
sudah rusak.
Gambar 24
|
MCB
|
k) Thermostat
Alat
ini berfungsi untuk mengatur temperatur/suhu. Untuk pengaturan temperatur, dapat dilakukan dengan memutar tombol penyetel (dengan memutar kepala thermostat)
pada thermostat. Dilihat dari sisi kelistrikan alat ini sama seperti sakelar biasa. Hanya saja, menutup
dan membukanya sakelar, berdasarkan
temperatur yang deteksi oleh sensor thermostat.
Gambar 25
|
Thermostat
|
Gambar 26
|
Bagian dari thermostat
|
l) Kipas (Fan Motor)
a. Merupakan komponen yang
berfungsi untuk mensirkulasikan udara dari kabin evaporator dingin ke seluruh ruang. Komponen ini
terletak di bagian di belakang
evaporator.
Gambar 27
|
Fan Evaporator
|
b. Merupakan komponen yang
berfungsi untuk mensirkulasikan udara dari kabin kondensor
untuk membuang panas ke lingkungan. Komponen ini terletak di bagian di belakang kondensor.
Gambar 28
|
Fan Kondensor
|
m)
Low
Pressure Control
Low
Pressure Control digunakan sebagai pengontrol temperatur sekaligus pula sebagai
alat pengaman. Bila digunakan sebagai pengaman, LPC ini akan memutuskan
rangkaian dan menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap (suction pressure)
menjadi terlalu rendah. Hal ini bisa disebabkan unit pendingin kekurangan
refrigerant, bocor terjadinya bunga es yang tebal di evaporator. Bila tekanan
dari saluran hisap ini kembali normal, LPC akan menutup rangkaian dan kompresor
akan bekerja kembali. Beberapa LPC dilengkapi dengan reset manual untuk menjaga
adanya short cycling karena gangguan pada sistem.
Low
Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor pada
saat tekanan refrigerant meningkat atau menghentikan kompresor pada saat
tekanan hisap meningkat. Jenis ini disebut : Reverse Acting Low Pressure
Control, jenis ini biasa digunakan sebagai alat pengaman pada unit dengan suhu
yang rendah yang menggunakan electric depost, untuk memutuskan elemen pemanas
(electric heater) setelah pencairan bunga es (depost) selesai. Jenis ini dapat
juga digunakan sebagai alat kontrol Forced Draft Cooled Fan pada "Cool
Rooms", on dan off pada saat temperatur "Cool Rooms" terlalu
tinggi.
Gambar 29
|
Low pressure control
|
n)
High
Pressure Control
HPC
biasanya digunakan sebagai alat pengaman kompresor pada saat terjadi gangguan
tekanan yang berlebihan. HPC akan menghentikan kompresor pada saat tekanan pada
saluran tekan terlalu tinggi. Hal ini dilakukan untuk melindungi katup-katup
kompresor dan juga untuk melindungi motor dari beban yang berlebihan.
Bila
tekanan saluran tekan (discharge) meningkat melebihi tekanan yang diizinkan,
HPC akan terbuka dan memutuskan rangkaian sehingga kompresor berhenti. Bila
tekanan turun kembali ke harga normal, HPC tertutup dan kompresor bekerja
kembali.
Beberapa
jenis HPC dilengkapi dengan tombol reset manual sehingga kompresor tidak dapat
bekerja kembali sebelum tombol reset ditekan. Hal ini digunakan sebagai
pengaman. Jadi Anda jangan melakukan reset sebelum mengetahui penyebab terjadinya
tekanan lebih pada saluran tekan.
HPC
biasa digunakan pada sistem komersial dan juga industri. Karena suhu kondensing
dan tekanan kondensing untuk bermacam-macam refrigerant berlainan, maka cut in
dan cut out pressure tergantung dari refrigerant yang digunakan, jenis
kondensor dan ambient temperatur dari sistem. Disamping untuk mengontrol
kompresor, HPC dapat juga digunakan sebagai pengontrol Fan Condensor, pompa air
condensor dan selenoid valve. Reverse acting HPC akan menutup kontaknya pada saat
tekanan meningkat. Sedangkan HPC akan membuka kontaknya pada saat tekanan
meningkat. Reverse acting HPC digunakan untuk menjaga suhu condensing yang
minimum. Sistem pengontrolan ini biasanya diterapkan pada area dimana ambient
temperatur di bawah condensing temperatur.
Gambar 30
|
High pressure control
|
D.
PENGISTALASIAN
SISTEM
Proses pengistalasian sistem terdiri dari
dua bagian, yaitu proses penginstalasian sistem pemipaan (mekanik) dan instalasi
sistem kelistrikan.
Instalasi Sistem Pemipaan
Pengerjaan sistem pemipaan meliputi pembengkokan pipa
(bending), swaging dan flaring, pengelasan (welding), serta penginstalasiannya.
Penanganan Pipa (Tubing Handling)
Pemrosesan pipa merupakan salah satu dasar
yang harus kita perhatikan atau bahkan harus dapat dipertanggungjawabkan
didalam instalasi dan mekanisme sistem refrigerasi sebab kalau kita abaikan
atau ceroboh dalam pemprosesan pipa misalnya dalam, pemotongan, pembengkokan
dan pemben-tukan lainya maka sistem yang kita buat akan mudah bocor atau bahkan
gagal.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah
membuka gulungan pipa. Gunakan lantai/permukaan yang rata sebagai alas/tempat
membuka gulungan. Sebelum membuka gulungan, perhatikan bahwa kedua ujung pipa
usahakan dalam keadaan tertutup.
Setelah gulungan pipa diletakkan pada lantai dalam posisi
tegak, kemudian salah satu ujung pipa di tahan pakai tangan, dan putarlah
gulungan pipa sehingga pipa lurus tertahan di lantai semakin panjang. Jika
kira-kira ukuran pipa sudah mencukupi, kemudain pipa dipotong. Seusai
pemotongan, kembali kedua pipa ujung-ujungnya ditutup/disumbat
A.
Proses Pemipaan
Step-step atau langkah-langkah di dalam pengerjaan pipa untuk
sistem antara lain :
1. Pemotongan
(cutting)
2. Peluasan(Reaming)
3. Pembengkokan
(Bending)
4. Flaring dan
Swaging
5. Welding
1. Pemotongan (cutting)
Cutting
adalah pengerjaan pemotongan pipa yang biasanya dilakukan dengan mengunakan
alat khusus yang disebut Tubbing Cutter atau disebut juga Cutter pipe. Alat ini
mempunyai sebuah mata pisau/blade yang berbentuk bulat dan dapat diputar pada
porosnya. Perhatikan Gambar .
Penggunaan
alat ini harus dilakukan dengan hati-hati. Pemotongan pipa dilakukan dengan
memutar pisau sedikit demi sedikit sambil menekan mata pisau tersebut pada pipa
(dengan memutar/mengencangkan skrup pemutar pada ujung bawah cutter). Setelah
proses pemotongan selesai dilakukan, pada bagaian dalam pipa akan terjadi
lekukan ke dalam, sehingga diameter dalam dari pipa tersebut akan mengecil.
Semakin lunak bahan pipa yang digunakan, maka penyempitan diameter dalam
tersebut akan semakin besar. Karenanya, sebelum pipa ditangani lebih lanjut,
pipa harus dibersihkan lebih dahulu.
Gambar 31
|
Alat pemotong pipa
|
2. Peluasan (Reaming)
Proses
perluasan pada pipa tidak sama dengan proses peluasan pada lubang seperti bor.
Jadi peluasan pada pipa merupakan proses untuk menghilangkan ketajaman
sisi-sisi setelah dipotong dan biasanya sebelum proses perluasan, permukaan
pipa yang telah dipotong diratakan dulu.
Tujuan
dari proses reaming/peluasan ini adalah agar serpihan pipa setelah proses
pemotongan tidak terbawa masuk ke dalam sistem dan menghindari kebocoran pada
saat pipa tersebut disambungkan.
Salah
satu sisi dari reamer digunakan untuk meratakan bagian luar pipa dan sisi
lainnya digunakan untuk meratakan bagian dalam pipa. Perhatikan Gambar
Gambar 32
|
Proses peluasan pipa
|
3. Pembengkokan (Bending)
Dalam
proses pembengkokan (bending process) pada pipa, juga hams diperhatikan tentang
jenis dan ukuran bahan yang akan diproses. Perhatikan Gambar 9. Ada dua cara
alat pembengkokan pipa yaitu :
¨ Pegas pembengkok (bending spring)
¨ Dengan tipe pengungkit (lever type
bender)
Penggunaannya
adalah sebagai berikut :
Pegas
pembengkok ini mempunyai diameter dalam dimana diameter ini dapat digunakan.
Untuk diameter yang dalam biasanya digunakan pada pipa-pipa bagian ujung.
Bending
Spring ini akan cenderung terjadi penjepitan antara pipa dan alatnya itu
sendiri sehingga dalam lapangan jarang digunakan.
Tipe
pengungkit (lever type bender) ini jauh lebih praktis serta presisi
dibandingkan dengan "Bending Spring" karena alat ini disamping
disertai alat penahan juga disertai skala bending, sehingga kita dapat
membending dengan tepat sesuai dengan yang diinginkan.
Gambar 33
|
Alat pembengkok pipa
|
4. Flaring dan Swaging
Sebelum kita melakukan atau mengerjakan proses flaring dan
swaging maka kita harus tahu maksud dan tujuan dari proses Flaring dan Swaging.
Di dalam banyak sistem refrigerasi proses flaring dan swaging ini sangat
penting karena proses ini sangat efisien dan praktis untuk dikerjakan.
Jadi proses flaring dan swaging adalah proses pengembangan
pipa yang akan disambung atau diinstalasi, baik itu pada sistem maupun pada
pemipaan lainnya sesuai dengan kebutuhan. Adapun tujuan dari kedua proses ini
adalah untuk memudahkan proses dari penyambungan yang akan kita lakukan.
·
Proses
Flaring
Kedua proses di atas mempunyai perbedaan baik dari proses
maupun pada penggunaanya. Proses flaring ada dua macam yaitu "Single Flare
dan Double Flare".
Pada penerapan/penggunaan yang umum dipakai adalah single
flare karena proses ini lebih praktis dan mudah untuk diproses. Perhatikan
Gambar
Gambar 34
|
Proses flaring
|
Gambar 35
|
Contoh flaring yang benar&salah
|
·
Proses
Swaging
Seperti
telah diutarakan di alas bahwa proses flaring dan proses swaging mempunyai
perbedaan. Proses swaging biasanya digunakan pada sistem penyambungan las
atau"solder fitting".
Alat
ini (flaring) digunakan untuk pipa-pipa dari bahan :
•tembaga
lunak
•alumunium
•baja
lunak/dinding tipis
•baja
tahan karat
Kualitas
pipa sangat berpengaruh pada proses pemipaan. Pipa-pipa dengan kualitas rendah,
terutama pipa tipis, bila dibending atau diflaring/swaging hasilnya tidak
terlalu baik atau kadang rusak. Oleh karenanya perlu berhati-hati dalam
menanganinya. Gunakan alat yang sesuai dan tepat dalam menangani pipa.
Fitting
untuk Sistem Pemipaan (Fitting for Piping System)
Yang
dimaksud dengan "Fitting" atau penyambungan disini adalah khusus
untuk instalasi pemipaan atau "Piping System" pada saluran-saluran
baik itu pada sistem refrigerasi dan tats udara maupun saluran-saluran lainnya.
Sistem
penyambungan yang umum digunakan pada sistem pemipaan terdiri dari :
Ø
"Solder fitting" (sambungan patri)
Ø
"Flare fitting" (sambungan flare)
Ø
"Pipe fitting" ( sambungan pipa)
Ø
"Weld fitting" (sambungan las)
Ø
"Compression fitting" (sambungan
tekan)
Ø
"Plastic fitting" (sambungan plastik)
Pada
sistem trainer terdapat dua macam sambungan yaitu sambungan patri, sambungan
pipa, dan sambungan las. Berikut akan dijelaskan mengenai kedua sambungan
tersebut.
Ø
Solder
Fitting (sambungan patri)
Untuk sistem penyambungan dengan cara ini (solder fitting)
biasanya digunakan pada bahan-bahan lunak seperti tembaga, seng, aluminium dan
lain-lain. Bahan tambahan yang sering digunakan untuk sistem penyambungan di
alas adalah timah dan perak dan bahan tambahan ini hams mempunyai titik didih yang
lebih rendah dari pada bahan yang akan disambung
Ø
Pipe
Fitting (Sambungan Pipa)
Sistem
penyambungan pipe fitting ini biasanya digunakan pada :
• Sistem kedua untuk menyalurkan air atau
air asin disekitar sistem
• Sistem air untuk kondensor dan
"Cooling Tower"
• Sistem yang menggunakan refrigeran 717
(amonia).
Untuk
sistem penyambungan ini terdiri dari fitting yang berulir dan pipa yang berulir
pula sehingga sambungan ini merupakan ukuran standar, tergantung dari ukuran
ulir dan pipanya itu sendiri.
Ø
Weld
Fitting (Sambungan Las)
Yang dimaksud dengan sistem penyambungan dengan cara
"Weld Fitting " disini hampir sama dengan "Solder Fitting"
yaitu penyambungan dengan cara menggunakan bahan tambahan, hanya disini
perbedaannya untuk "Weld Fitting" digunakan pada bahan-bahan yang
keras seperti baja atau sejenisnya.
Jadi busur api yang digunakan lebih keras/panas dibandingkan
dengan busur api yang digunakan pada "Solder Fitting". Ada beberapa
perangkat las yang biasa digunakan pada sistem sambungan "Weld Fitting"
diantaranya adalah
• Las Asetilin
atau las karbit
• Las listrik
Dalam proses penginstalasian ini, jenis perangkat las yang
digunakan adalah las asetiline atau las karbit. Setelah proses pengerjaan pada
pipa selesai dilakukan, kemudian dilakukan proses penginstalasian pada sistem
terhadap sistem mekanik (pemipaan)-nya. Semua komponen utama dan pendukung
sistem mekanik dipasang sesuai dengan tempat yang telah direncanakan.
Proses penginstalasian pertama yang dilakukan adalah
meletakkan semua komponen utama sistem, sesuai dengan urutan. Kemudian,
komponen-komponen tersebut dihubungkan satu persatu dengan menggunakan pipa
yang diameternya telah ditentukan. Pada proses pemasangan pipa ini perlu
diperhatikan peletakan dari komponen-komponen pendukung mekanik yang ada pada
sistem. Selain itu, pemasangan saluran untuk pipa kapiler (alat ukur) ke
titik-titik pengukuran harus diperhatikan pula.
Pada trainer, titik-titik pengukuran tekanan tersebut
terdapat pada kedua sisi tekanan kerja sistem. Pada sistem tekanan tinggi titik
pengukuran terdapat pada pipa discharge, pipa masukan katup TXV, dan pipa
masukan kapiler. Sedangkan pada sisi tekanan rendah titik pengukuran diletakkan
pada saluran suction, keluaran EPR, dan keluaran katup TXV.
B.
Instalasi
Sistem Kelistrikan
Tahap
pengerjaan instalasi sistem kelistrikan dan kontrol meliputi :
1.Penempatan
komponen-komponen sistem kelistrikan dan kontrol.
2.Menyambungkan
semua komponen kelistrikan sesuai dengan diagram kelistrikan pada sistem.
3.Pengetesan
sistem kelistrikan.
Sistem
kelistrikan dirakit dalam satu panel yang terletak pada bagian belakang sistem.
Secara keseluruhan, rangkaian kelistrikan pada sistem terbagi dalam dua bagian,
yaitu :
1.Rangkaian
daya
2.Rangkaian
kontrol
Rangkaian daya merupakan rangkaian
pokok dari suatu sistem kelistrikan Komponen yang digunakan juga merupakan
komponen yang terkendali. Dalam rangkaian Jaya ini terdapat satu buah motor
kompresor yang dihubungkan dengan kontaktor yang teraliri arus pada rangkaian
kontrol. Selain motor kompresor, terdapat beberapa komponen lain seperti
termometer digital, pilot lamp untuk sumber arus pada sistem, ampere meter,
voltmeter, dan wattmeter pada saluran rangkaian daya yang dilengkapi dengan
switch MC sebagai saklar on/off arus pada sistem.
Rangkaian kontrol merupakan bagian yang
mengontrol sistem kelistrikan, dalam pengoperasiannya dilakukan secara otomatis
dan komponennya terpasang terpisah dengan rangkaian daya. Pada rangkaian
kontrol ini terdapat beberapa komponen yang digunakan seperti saklar (toggel dan
MCB) konteaktor, delay timer, HLP, fault pilot lamp (sebagai indikasi jika HLP
bekerja), solenoid valve dengan pilot lampnya, switch on/off rangkaian kontrol.
Setelah
rangkaian kelistrikan selesai diinstal, kemudian dilakukan pengetesan terhadap
rangkaian daya dan kontrol.
Pengetesan
rangkaian daya dilakukan dengan menggunakan alat bantu test pen untuk
mengetahui masuk/tidaknya arus pada titik-titik sepanjang line sistem
kelistrikan (sistem menggunakan arus listrik satu fasa). Bekerjanya rangkaian
daya ini ditandai dengan bekerjanya termometer digital dan voltmeter akan
segera menunjukkan pergerakan. Pada saat dilakukan pengetesan, line yang menuju
kompresor (setelah keluar dari kontak utama kontaktor) harus diputuskan
terlebih dahulu. Pada keadaan ini ampere dan wattmeter belum menunjukkan
pergerakannya, karena belum ada beban. Lampu I pada
panel
sebagai indikasi arus pada sistem akan menyala. Namun sistem masih dalam
keadaan off.
Pengetesan
sistem kontrol dilakukan dengan cara menghidupkan saklar rangkaian kontrol pada
sistem (untuk sistem dengan TXV dan kapiler). Jika sistem bekerja dengan baik,
semua alat kontrol yang digunakan aka teraliri arus dan bekerja, sehingga
kompresorpun akan melakukan proses kompresi terhadap sistem. Sistem rangkaian
kontrol ini hanya dapat bekerja jika pada sistem telah teraliri arus listrik
(rangkaian daya aktif, dengan cara menaikkan saklar MCB).
BAB III
ALAT DAN BAHAN
A.
Alat
Terdiri dari :
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1
|
Obeng (+/-)
|
1
|
2
|
Kunci kombinasi (10)
|
1
|
3
|
Tang kombinasi
|
1
|
4
|
Palu karet
|
1
|
5
|
Kunci inggris (6 in/8 in)
|
1
|
6
|
Gergaji besi
|
1
|
7
|
Bor duduk
|
1 set
|
8
|
Bor tangan
|
1 set
|
9
|
shelltipe
|
Secukupnya
|
10
|
Box tempat alat
|
1
|
11
|
Pemotong pipa
|
1
|
12
|
Penggaris (30 cm/60 cm)
|
1
|
13
|
Alat banding
|
1 set
|
14
|
Alat flaring and swagging
|
1 set
|
15
|
Kikir pipa tembaga
|
1
|
16
|
Multi meter
|
1
|
17
|
Solder
|
1
|
18
|
Timah
|
Secukupnya
|
B.
Bahan
Terdiri dari komponen utama dan komponen
pendukung/kontrol, antara lain sebagai berikut :
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Kompresor
|
1 unit
|
2
|
Kondensor
|
1 unit
|
3
|
Katup ekspansi
|
1 unit
|
4
|
Evaporator
|
1 unit
|
5
|
Selenoid valve
|
1 unit
|
6
|
Filter dryer
|
1 unit
|
7
|
Accumulator
|
1 unit
|
8
|
Hand valve
|
3 unit
|
9
|
Sight glass
|
3 unit
|
10
|
Pipa tembaga
|
secukupnya
|
11
|
Low pressure switch
|
1 unit
|
12
|
High pressure switch
|
1 unit
|
13
|
thermostate
|
1 unit
|
14
|
Ampere meter
|
1 unit
|
15
|
Volt meter
|
1 unit
|
16
|
Low pressure gauge
|
1 unit
|
17
|
High pressure gauge
|
1 unit
|
18
|
MCB
|
1 unit
|
19
|
MC
|
1 unit
|
20
|
Fan (kondensor&evaporator)
|
1 unit
|
21
|
TDR
|
1 unit
|
22
|
Nat
|
secukupnya
|
23
|
Kabel
|
secukupnya
|
24
|
Refrigerant
|
secukupnya
|
C.
Peralatan
Las
Pengelasan pada dasarnya adalah proses penyambungan
dua logam pada suhu mendekati suhu titik lebur logam itu. Kedua logam ini pada
situasi itu akan melunak dan mudah bergabung. Sering kali proses ini dibantu
dengan pemberian sejumlah bahan tambah yang sama dengan jenis logam yang dilas.
Setelah proses, pengelasan diberi pendinginan mendadak hingga struktur logam
akan kembali permanen dan mengeras.
Banyak metode pengelasan, namun yang paling sering
digunakan ada dua yaitu las gas Oksi-Asetilena dan las listrik. Las gas
Oksi-Asetilena diterapkan pada bahan-bahan lunak dan biasanya selain besi,
sedangkan las listrik diterapkan hanya pada besi. Bahan tambah las gas
Oksi-Asetilena disesuaikan dengan bahan tambah standar yaitu elektroda.
Prinsip las listrik sebenarnya hanya mempertemukan
anoda dengan katoda tekanan tinggi hingga akan terjadi nyala bersuhu sangat
tinggi dan melelehkan elektroda dan besi. Setelah selesai, hasil las ini
langsung didinginkan sehingga struktur besi akan mendadak berubah dan mengeras.
Kerugian dari las listrik ini adalah adanya hasil terak akibat pemanasan bahan
tambah selain besi. Namun bagaimanapun hasil las listrik ini sangat kuat.
Mengingat bahan yang dipakai pada praktek lab.
Refrigerasi ini adalah logam tembaga yang cukup lunak maka dipakai metoda
pengelasan Oksi-Asetilena. Peralatan lengkap untuk pengelasan ini antara lain :
1. Gas
oksigen dan gas Asetilena
2. Regulator
tekanan gas
3. Selang
dan kepala las
4. Nozzle
las yang disesuaikan dengan tekanan gas
5. Pematik
api
6. Peralatan
pengaman dan air pendingin
Satu hal yang perlu diperhatikan pada proses
pengelasan adalah kondisi yang statis agar bahan yang akan dilas tidak
mengalami perubahan bentuk.
D.
High
Vacum Pump
Sistem refrigerasi pada trainer
harus divakum untuk menurunkan tekanan pada sistem hingga di bawah tekanan
atmosfer. Pada kondisi ini gas-gas tak terkondensasi.
dalam sistem akan dibuang, demikian pula dengan uap
air yang terkandung. Semua ini harus dibuang karena dapat mengganggu kinerja
sistem, selain itu juga "menyita tempat" dalam sistem. Gas-gas lain
selain refrigeran di dalam sistem akan menyebabkan kerja komresi lebih besar
dari yang diperlukan, karena kompresor hams juga mengeluarkan energi untuk
mensirkulasikan dan menaikan tekanan gas-gas tersebut. Kondisi ini akan
berpengaruh saat sistem dijalankan sehingga sistem tidak dapat bekerja dengan
optimal.
Prinsip kerja pompa vakum ini adalah menyedot semua
gas yang ada dalam sistem, dengan demikian semua partikel yang ada pun ikut
tertarik. Proses ini terns dilakukan hingga tekanan dalam sistem mencapai
tekanan di bawah tekanan atmosfer mendekati vakum ( -1 atm atau kira-kira — 1
bar), tentu saja ini pun bergantung pada lokasi/ketinggan lokasi (altitude),
karena semakin tinggi altitude, tekanan atmosfirnya makin rendah.
High vacum pump terdiri dari tabung penghisap dengan
selangnya, Pressure Gauge, katup buang dan motor listrik. Selang tabung
penghisap dihubungkan dengan kompresor hingga ketika motor listrik dinyalakan,
tabung bekerja dan proses pemvakuman dimulai. Proses ini dihentikan jika
tekanan yang ditunjukkan oleh pressure gauge mencapai di bawah tekanan atmosfer
(1 atm/14,7 psi). Lamanya proses tergantung pada jenis sistem. Untuk sistem
trainer II ini menurut informasi yang didapat, lamanya pemvakuman itu 24 jam.
High vacum pump hampir serupa dengan kompresor, hanya
saja kompresor merupakan sistem tertutup dengan kapasitas kecil. Maka
pabrik-pabrik pembuat kompresor juga membuat High pressure Vacum. Contoh pompa
vakum dapat dilihat pada Gambar
Gambar 36
|
Proses Vacum
|
E.
Leak
Detector (Pendeteksi kebocoran)
Untuk mengetahui kebocoran dalam sistematau komponen
dapat digunakan beberapa cara antara lain :
1. Mencari kebocoran dengan air
sabun (soap bubbles)
2. Diberi tekanan lalu direndam dalam cairan/air (untuk
memeriksa kebocoran dalam komponen; misalnya
evaporator saja)
3. Alat pencari kebocoran dengan
nyala api (Halida Torch)
4. Detektor kebocoran elektronik
(Electronic leak detector)
5. Mencari kebocoran dengan zat
pewarna (colored tracing agent)
Pada praktikum yang dilakukan, engecekan kebocoran
dapat dilakukan dengan Halida Torch, Electronic Detector atau air sabun. Karena
pengecekan dengan air sabun adalah yang paling sederhana dan murah, metoda ini
yang akan paling banya digunakan. Selain itu, metoda ini dapat dengan akurat
menentukan titik kebocoran.
Gambar 37
|
Halida Torch dan Elektronik Detektor
|
F.
Manifold
Gauge
Manifold gauge adalah suatu alat
yang digunkan untuk membantu saat pemvakuman ataupun pengisian. Berikut adalah
gambar suatu manifold gauge.
Gambar 38
|
Manifold gauge
|
Katup pada manifold gauge berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran refrigeran/gas. Secara skematis bagaimana katup tersebut
berfungsi ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 39
|
Bukaan katup pada manifold gauge
|
Pada gambar .A, kedua katup (merah maupun biro) dalam
keadaan tertutup, pada saat ini masing-masing pressure gauge hanya mengukur
tekanan pada masing-masing saluran.
Gambar .B, menunjukkan jika katup merah (katup High
Pressure) dan katup tengah (kuning) dibuka, maka akan terjadi aliran dari
saluran tengah dan saluran kanan.
Gambar .C, menunjukkan jika katup bim (katup Low
Pressure) dan katup tengah (kuning) dibuka, maka akan terjadi aliran dari
saluran tengah dan saluran kiri.
Gambar .D, menunjukkan bila kedua katup dibuka maka
akan terjadi hubungan antara saluran Low Pressure dan High Pressure. Jika
saluran tengah (katup kuning) juga terbuka, maka akan terjadi hubungan aliran
pada ketiga selang/saluran.
Jadi dengan mengatur bukaan katup kita dapat mengatur
kapan dipakai untuk pemvakuman atau untuk pengisian atau penambahan refrigeran
ke dalam sistem.
G.
Katup
Servis (Service Valve)
Komponen lain yang biasa ditemukan dalam sistem
refrigerasi adalah katup servis. Katup ini berfungsi untuk menyambungkan
komponen dan melakukan pengisian atau pemvakuman refrigeran. Biasa terdapat di
saliran suction kompresor atau di saluran pipa cair (liquid line), menyatu
dengan liquid receiver. Pada gambar 6. berikut ditunjukkan katup servis dengan
3 (tiga) lubang, walaupun di lapangan ditemukan juga katup dengan 4 (empat)
lubang.
Gambar 40
|
Katup service
|
Pada gambar diatas, katup servis dipasang di
discharge kompresor (atau dipasang di liquid receiver). Konstruksi katup servis
terdiri dari 3 saluran. Saluran pertama (nomor 1 pada gambar) dihubungkan ke
pompa vakum (untuk pemvakuman) atau ke tabung refrigeran (untuk pengisian).
Saluran yang kedua (nomor 2 pada gambar) dihubungkan ke discharge line, saluran
ke kondensor (atau ke pipa liquid line, bila katup servis dipasang di liquid
receiver). Saluran ketiga (nomor 3 pada gambar) dihubungkan ke discharge kompresor
(atau dari liquid receiver). Selain itu katup servis dilengkapi juga dengan
katup yang bisa diatur dengan memutarkan baud pengatur (Valve Stem), dengan
menggunakan kunci yang disebut kunci ratchet (bhs sunda : kunci terelek).
Bila keadaan normal, posisi katup adalah back seated,
yaitu menghubungkan saluran 2 dan 3. Sedangkan untuk pemvakuman dilakukan pada
posisi mid positioned. Posisi Front Seated salah satunya digunakan saat pump
down. Prinsip kerja diatas, berlaku pula untuk katup servis yang dipasang di
suction kompresor.
H.
Peralatan
Tambahan
Peralatan tambahan merupakan peralatan lain yang
digunakan selama proses penginstalasian sistem mekanik dan kelistrikan.
Peralatan tambahan tersebut tidak tersedia langsung dalam tool box unit, namun
harus meminjam. Peralatan tambahan yang digunakan tersebut misalnya peralatan
bending, kikir, avo-meter, tes-pen, solder, dan sebagainya.
Avo-meter digunakan untuk mengukur besarnya arus,
tegangan dan hambatan yang terdapat pada rangkaian listrik sistem. Alat ini juga
sebenarnya gabungan dari tiga macam alat terpisah : ammeter pengukur arus,
voltmeter pengukur tegangan, dan ohmmeter pengukur tahanan. Lihat Gambar.
Gambar 41
|
Multimeter digital & analog
|
1.
Deteksi
Kebocoran
Setelah penginstalasian sistem telah selesai, yang
mana semua pipa/pemipaan telah tersambungkan dengan komponen, maka selanjutnya
dilakukan pengecekan kebocoran. Seperti telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
Pengecekan kebocoran dengan busa sabun dilakukan bila
kita yakin tekanan dalam sistem BENAR-BENAR DI ATAS TEKANAN ATMOSFIR. Untuk
meyakinkan hal tersebut, lihatlah pressure gauge yang terpasang. BILA TEKANAN
DALAM SISTEM VAKUM (jarum menunjukkan tekanan negatif pada skala terbaca), maka
pemeriksaan kebocoran dengan air sabun TIDAK BOLEH DILAKUKAN.
Bila tidak terdapat tekanan dalam sistem, kita dapat
mengisi gas NITROGEN ke dalam sistem agar sistem mempunyai tekanan, sehingga
pemeriksaan dengan busa sabun dapat dilakukan. Berikut adalah langkah
pemeriksaan kebocoran pada sistem dengan menggunakan metoda air sabun :
·
Siapkan air dicampur dengan sabun dan kain lap
atau spon.
·
Isilah sistem dengan gas Nitrogen (N2),
perhatikan tekanan gauge yang terbaca. Tekanan di sisi tekanan tinggi dan sisi
tekanan rendah hams benar-benar di alas 0 (nol) gauge.
·
Hentikan pengisian bila tekanan sudah mencapai
3-5 Bar.
·
Lakukan pemeriksaan kebocoran dengan mengulaskan
kain basah (dengan air sabun) atau spon pada pipa-pipa.
·
Mulailah dengan sambungan dan belokan.
Bila terdapat gelembung, artinya di tempat tersebut
ada kebocoran.
Bila kebocoran terjadi di sambungan, lakukan
tindakan/perbaikan. Bila sambungannya adalah flare/ulir, maka lakukan terlebih
dahulu pengencangan
pada flare. Bila tetap masih bocor, periksa kembali,
bila perlu ganti flare atau perbaiki flaring pipa. Bila kebocoran pada belokan
atau karena ada retakan pada pipa, maka pipa dapat dilas untuk menutupi
kebocoran atau mengganti pipa dengan yang baru.
2.
Pemasangan
Manofold Gauge
Setelah uakin sistem tidak bocor, maka kita akan
melakukan pemvakuman dan pengisian refrigeran. Untuk itu kita perlu memasang
manofold gauge pada sistem seperti ditunjukkan pada Gambar berikut :
Gambar 42
|
Pemasangan manifold
|
Evacuating atau Dehydrating adalah
cara untuk mengosongkan atau menghampakan sistem dari udara dan gas-gas lain.
Membuat vakum pada sistem sebelum dilakukan proses pengisian bahan pendingin
dengan menggunakan pompa vakum dan alat ukur yang baik adalah suatu keharusan
atau standar dari pengisian sistem pendingin.
Setiap kali sistem diperbaiki atau
bagian dari sistem yang ditukar baru, setelah selesai dipasang kembali, selalu
harus diperiksa dahulu terhadap kemungkinan adanya kebocoran dari bagian yang
baru diperbaiki. Setelah pemeriksaan kebocoran selesai, barulah sistem siap
untuk divakum.
Pekerjaan pemvakuman ini merupakan
suatu keharusan dalam setiap proses penginstalasian terhadap sisem refrigerasi.
Sisa udara pada sistem yang tidak divakum akan mengakibatkan udara tersebut
tidak dapat diembunkan pada temperatur dan tekanan pengembunan dari refrigeran
juga udara dapat menaikkan temperatur dan tekanan kondensasi serta saluran
discharge kompresor. Membuat vakum pada sistem dapat dilakukan dalam dua cara,
yaitu :
Ø Memakai
kompresor dari sistem itu sendiri.
Ø Memakai
pompa vakum yang khusus untuk memvakum sistem.
Pada sistem trainer ini,
pemvakuman dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu pompa vakum.
Pekerjaan pemvakuman dengan menggunakan pompa khusus ini lebih aman dan mudah,
juga tidak banyak bahan pendingin yang terbuang (untuk sistem yang telah terisi
refrigeran sebelumnya).
Pada waktu membuat vakum dengan
pompa vakum, kita juga dapat menghubungkan bagian yang keluar dari pompa vakum
ke dalam gelas yang telah diisi dengan minyak pelumas kompresor. JIka tidak ada
gelembung udara yang keluar dari minyak, ini menunjukkan bahwa sistem telah
bersih dari udara. Jika masih ada gelembung udara yang keluar dari dalam
minyak, maka sistem masih kurang vakum atau ada yang bocor. Apabila ada yang
bocor, harus diperbaiki dahulu, baru kemudian dibuat vakum lagi.
Untuk melakukan pemvakuman, maka
kita hubungkan saluran di tengah (selang kuning) pada manifold gauge seperti
pada Gambar 11, ke pompa vakum. Kemudian jalankan pompa vakum, Yakinkan bahwa
katu warna merah dan biru, kedua-duanya dalam keadaan terbuka. Perhatikan
tekanan pada pressure gauge. Jika tekanan sudah mencapai -1 bar (minus satu bar
gauge) atau — 29 incHg.(minus 29 inci HG). Dalam praktek tekanan ini akan
sangat sulit diperoleh, sehingga pemvakuman dapat dihentikan bila tekanan vakum
mendekati tekanan tersebut, misal -29 inci Hg, sudah cukup.
Bila pemvakuman sudah dianggap selesai, perhatikan
betul saat menutup katup. Tutuplah katup merah (HP) katup biru (LP), dan biru
terlebih dahulu sebelum pompa vakum di
3.
Pengisian
Refrigeran
Pengisian refrigeran ke dalam sistem harus dilakukan
dengan baik dan jumlah refrigeran yang diisikan sesuai/ tepat dengan takaran.
Kelebihan refrigeran dalam sistem dapat menyebabkan temperatur evaporasi yang
tinggi akibat dari refrigeran tekanan yang tinggi. Selain itu dapat menyebabkan
kompresor rusak akibat kerja kompresor yang terlalu
berat, dan adanya kemungkinan liquid suction.
Sebaliknya bila jumlah refrigeran yang diisikan sedikit, dengan kata lain
kurang dari yang ditentukan, maka sistem akan mengalami kekurangan
pendinginan.sebaik mungkin dan karena Proses pengisian refrigeran ke dalam
sistem ada beberapa cara, diantaranya yaitu :
1. Mengisi
sistem berdasarkan berat refrigeran.
2. Mengisi
sistem berdasarkan banyaknya bunga es yang terjadi di evaporator.
3. Mengisi
sistem berdasarkan temperatur dan tekanan.
Perhatikan gambar
dan tentang pemasangan manifold
gauge untuk pengisian
Gambar 43
|
Pemasangan manifold saat pengisian
|
Gambar 44
|
Pemasangan manifold pada tabung dan pompa vacum
|
BAB
IV
DATA
PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
B.
PERHITUNGAN
Penentuan ukuran keefektifan kerja (efisiensi) sistem mesin konversi
energi secara umum biasanya adalah membandingkan antara luar ( kerja berguna )
dengan
( energi masuk
), berikut bebagai perhitungan pada sistem refrigerasi kompresi uap :
1.
Efek refrigerasi ( ER)
Efek refrigerasi adalah
kemampuan dari sistem untuk melakukan penyarapan panas dari lingkungan, proses
ini terjadi pada evaporator, efek refrigerasi dapat dihitung dengan persamaan :
Dimana : ER = Efek Refrigerasi ( kJ/kg)
h1 = enthalpi refrigerant saat masuk
kompresor (kJ/kg)
h4 = enthalpi refrigerant saat masuk
evaporator (kJ/kg)
ER
= h1 – h4
Diket :
h1 = 415kJ/kg
h4 = 260kJ/kg
ER
= 415 kJ/kg – 260 kJ/kg
= 155 kJ/kg
2.
Dampak kondensasi atau “ efek pemanasan “
Besar panas per satuan
massa refrigerant yang dilepaskan dikondensor dinyatakan sebagai :
Dimana : Qk = besarnya dilepas dikondensor
(kJ/kg)
h2 = enthalpi refrigerant saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = enthalpi refrigerant saat keluar kondensor (kJ/kg)
Qc
= h2 – h3
Diket :
h2 = 420kJ/kg
h3 = 260kJ/kg
Qc
= 420 kJ/kg – 260 kJ/kg
= 160 kJ/kg
3.
Kerja kompresi ( Wk )
Besarnya kerja kompresi
per satuan massa refrigerant bisa dihitung dengan rumus :
Dimana : Wk = besarnya kerja kompresi yang
dilakukan (kJ/kg)
h2 = enthalpi refrigerant
saat masuk kompresor (kJ/kg)
h1 = enthalpi refrigerant saat
keluar kompresor (kJ/kg)
Wk
= h2 –h1
Diket :
H2
= 420 kJ/kg
H1
= 415 kJ/kg
Wk = 420 kJ/kg – 415 kj/kg
=
5 kj/kg
4.
Daya kompresor
Daya kompresor adalah
daya yang diberikan ke fluida kerja “refrigerant” dengan proses pemampatan.
Daya tersebut dipakai refrigerant untuk proses siklus aliran. Daya kompresor dapat
dihitung dengan persamaan :
Dimana : Wcomp = daya kompresor (kWatt)
V = Tegangan / Volt (V)
I = Arus / ampere (A)
µ = Efisiensi ( nilai sekitar 0,6 – 0,7
)
Wcomp
= V.I.µ.cos
Diket :
V = 220 V
I = 1.2 A
Wcomp = 220 . 1,2 . 0,6 .1
= 158,4 kWatt
5.
Laju aliran massa
refrigerant
Adalah perbandingan antara daya kompresor dibagi kerja kompresi, dapat
ditulis dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : ṁ
= Laju aliran massa refrigerant (kg/s)
Wcomp = daya kompresor (kWatt)
Wk = besarnya kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
ṁ =
Wcomp / Wk
diket :
Wcomp =
158,4 kWatt
Wk
= 5 kj/kg
ṁ = 158,4 /
(5 kj/kg)
= 31,68 kg/s
6.
Kapasitas
pendinginan
Nilai kapasitas pendinginan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana : Qe
= Kapasitas pendinginan (kWatt)
ṁ = Laju aliran massa refrigerant
(kg/s)
qe = Efek refrigerasi (kJ/kg)
Qe = ṁ .
qe
Diket :
ṁ = 31,68
kg/s
qe = 155
kj/kg
Qe = 31,68
kg/s . 155kj/kg
=4910,4 kWatt
7.
COP ( Coofisien
Of Performance )
Untuk aplikasi refrigerasi ukuran keefektifan kerja dari sistem adalah
berdasarkan dari tujuan kerja sistem. Pada sistem refrigerasi keluaran yang
diharapkan adalah jumlah panas yang harus dipindahkan ke luar lingkungan yang
lebih panas sehingga dari perumusan hukum termodinamika II perbandingannya
sering dinamakan dengan Coofisien Of Performance (COP)
COP adalah perbandingan antara efek
refrigerasi dibagi kerja kompresi, dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
COP = ER / Wk
Diket :
ER = 155 kj/kg
Wk = 5 kj/kg
COP = (155 kj/kg) / (5kj/kg)
= 31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Salah satu aspek yang paling penting dan rekayasa
lingkungan termal adalah refrigerasi. Refrigerasi merupakan suatu proses
penarikan panas/kalor dari suatu benda/ruangan sehingga temperatur
benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Sesuai
dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat
dipindahkan ke suatu bahan/benda lain yang akan menyerap kalor.
Jadi refrigerasi akan selalu berhubungan dengan
proses-proses aliran panas dan proses-proses perpindahan panas. Untuk
mempelajari refrigerasi dengan baik, dibutuhkan pengetahuan tentang bahan dan
energi, temperatur, tekanan, panas dan akibat-akibatnya serta subyek¬subyek
yang lain yang berhubungan dengan fungsi dari suatu sistem refrigerasi,
terutama termodinamika dan perpindahan panas.
Sistem refrigerasi pada
dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu :
·
Sistem refrigerasi mekanik; dimana akan ditemui adanya mesin-mesin penggerak/dan alat mekanik
lain,
·
Sistem refrigerasi non mekanik, dimana tanpa menggunakan mesin-mesin penggerak/dan alat mekanik
lain.
Yang termasuk dalam sistem
refrigerasi mekanik adalah :
1. Refrigerasi sistem kompresi uap
2. Refrigerasi siklus udara
3. Kriogenik/refrigerasi
temperatur ultra-rendah
4. Refrigerasi siklus sterling,
dan sistem refrigerasi non
mekanik adalah sebagai berikut :
a. Refrigerasi thermoelektrik
b. Refrigerasi absorbsi
c. Refrigerasi steam jet
d. Refrigerasi magnetic
e.
Heat
pipe.
Pada dasarnya, penerapan
refrigerasi dibagi dalam 5 kelompok bidang yaitu :
v Refrigerasi domestik
v Refrigerasi komersil
v Refrigerasi industri
v Refrigerasi transportasi
v Tata udara industri dan tata
udara kenyamanan.
Komponen utama dari suatu sistem refrigerasi kompresi
uap adalah:
1.
Evaporator
2.
Kompresor
3.
Kondenser
4.
Alat ekspansi (metering device)
Proses kompresi (1-2)
Proses ini berlangsung di
kompresor secara isentropik adiabatik. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk
di kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah dikompresi refrigeran
mejadi uap bertekanan tinggi Oleh karena proses ini dianggap isentropik, maka
temperatur ke luar kompresor pun meningkat. Besarnya kerja kompresi per satuan
massa refrigeran bisa dihitung dengan rumus:
Wk = h2 – h1
dimana : Wk = besarnya
kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
hl = entalpi refrigeran
saat masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran
saat keluar kompresor (kJ/kg)
Proses kondensasi (2 - 3)
Proses ini berlangsung di
kondensor. Refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi keluaran dari
kompresor membuang kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti
bahwa di kondensor terjadi penukaran kalor antara refrigeran dengan udara,
sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara pendingin dan akhirnya
refrigeran mengembun menjadi cair.
Besar panas per satuan
massa refrigeran yang dilepaskan di kondensor dinyatakan sebagai :
qc = h2— h3
dimana : cle = besarnya
panas dilepas di kondensor (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran
saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = entalpi refrigeran
saat keluar kondensor (kJ/kg)
Proses ekspansi (3 - 4)
Proses ini berlangsung
secara isoentalpi, hal ini berarti tidak terjadi penambahan entalpi tetapi
terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur. Proses penurunan tekanan terjadi
pada katup ekspansi yang berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfungsi
mengatur laju aliran refrigeran dan menurunkan tekanan.
h3 = h4
Proses Evaporasi (4 - 1)
Proses ini berlangsung di
evaporator secara isobar isotermal. Refrigeran dalam wujud cair bertekanan
rendah menyerap kalor dari lingkungan / media yang didinginkan sehingga
wujudnya berubah menjadi gas bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk
evaporator sebenarnya adalah campuran cair dan gas, hal ini terlihat dari
gambar, yang mana posisi titik 4 berada di dalam kubah garis jenuh.
Besarnya kalor yang
diserap oleh evaporator adalah :
Qe = h1 — h4
dimana : qe = besar kalor
yang diserap dievaporator ((kJ/kg)
h1 = harga entalpi ke luar
evaporator (kJ/kg)
h4 = harga entalpi masuk
evaporator (kJ/kg)
Selanjutnya, refrigeran
kembali masuk ke kompresor dan bersikulasi lagi, begitu seterusnya sampai
kondisi yang diinginkan tercapai.
Penentuan
ukuran keefektifan kerja (efisiensi) sistem mesin konversi energi secara umum
biasanya adalah membandingkan antara luar ( kerja berguna ) dengan
( energi masuk
), berikut bebagai perhitungan pada sistem refrigerasi kompresi uap :
1.
Efek refrigerasi ( ER)
Efek refrigerasi adalah
kemampuan dari sistem untuk melakukan penyarapan panas dari lingkungan, proses
ini terjadi pada evaporator, efek refrigerasi dapat dihitung dengan persamaan :
ER = h1 – h4
Dimana : ER = Efek Refrigerasi ( kJ/kg)
h1 = enthalpi refrigerant saat masuk
kompresor (kJ/kg)
h4 = enthalpi refrigerant saat masuk
evaporator (kJ/kg)
2.
Dampak kondensasi atau “ efek pemanasan “
Besar panas per satuan
massa refrigerant yang dilepaskan dikondensor dinyatakan sebagai :
Qc
= h2 – h3
Dimana : Qk = besarnya dilepas dikondensor
(kJ/kg)
h2 = enthalpi refrigerant saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = enthalpi refrigerant saat keluar kondensor (kJ/kg)
3.
Kerja kompresi ( Wk )
Besarnya kerja kompresi
per satuan massa refrigerant bisa dihitung dengan rumus :
Wk
= h2 –h1
Dimana : Wk = besarnya kerja kompresi yang
dilakukan (kJ/kg)
h2 = enthalpi refrigerant
saat masuk kompresor (kJ/kg)
h1 = enthalpi refrigerant saat
keluar kompresor (kJ/kg)
4.
Daya kompresor
Daya kompresor adalah
daya yang diberikan ke fluida kerja “refrigerant” dengan proses pemampatan.
Daya tersebut dipakai refrigerant untuk proses siklus aliran. Daya kompresor
dapat dihitung dengan persamaan :
Wcomp
= V.I.µ.cos
Dimana : Wcomp = daya kompresor (kWatt)
V = Tegangan / Volt (V)
I = Arus / ampere (A)
µ = Efisiensi ( nilai sekitar 0,6 – 0,7
)
5.
Kapasitas
pendinginan
Nilai kapasitas pendinginan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qe = ṁ .
qe
Dimana : Qe
= Kapasitas pendinginan (kWatt)
ṁ = Laju aliran massa refrigerant
(kg/s)
qe = Efek refrigerasi (kJ/kg)
6.
Laju aliran massa
refrigerant
Adalah perbandingan antara daya kompresor dibagi kerja kompresi, dapat
ditulis dengan rumus sebagai berikut :
ṁ =
Wcomp / Wk
Dimana : ṁ
= Laju aliran massa refrigerant (kg/s)
Wcomp = daya kompresor (kWatt)
Wk = besarnya kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
7.
COP ( Coofisien
Of Performance )
Untuk aplikasi refrigerasi ukuran keefektifan kerja dari sistem adalah
berdasarkan dari tujuan kerja sistem. Pada sistem refrigerasi keluaran yang
diharapkan adalah jumlah panas yang harus dipindahkan ke luar lingkungan yang
lebih panas sehingga dari perumusan hukum termodinamika II perbandingannya
sering dinamakan dengan Coofisien Of Performance (COP)
COP adalah perbandingan antara efek
refrigerasi dibagi kerja kompresi, dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
COP = ER / Wk
Pengerjaan sistem pemipaan meliputi pembengkokan pipa
(bending), swaging dan flaring, pengelasan (welding), serta penginstalasiannya.
Step-step atau langkah-langkah di dalam pengerjaan pipa untuk
sistem antara lain : Pemotongan (cutting), Peluasan(Reaming), Pembengkokan
(Bending), Flaring dan Swaging serta Welding.
Pengelasan pada dasarnya adalah proses penyambungan dua logam
pada suhu mendekati suhu titik lebur logam itu. Kedua logam ini pada situasi
itu akan melunak dan mudah bergabung. Sering kali proses ini dibantu dengan
pemberian sejumlah bahan tambah yang sama dengan jenis logam yang dilas.
Setelah proses, pengelasan diberi pendinginan mendadak hingga struktur logam
akan kembali permanen dan mengeras.
Banyak metode pengelasan, namun yang paling sering digunakan
ada dua yaitu las gas Oksi-Asetilena dan las listrik. Las gas Oksi-Asetilena
diterapkan pada bahan-bahan lunak dan biasanya selain besi, sedangkan las
listrik diterapkan hanya pada besi. Bahan tambah las gas Oksi-Asetilena
disesuaikan dengan bahan tambah standar yaitu elektroda.
Prinsip las listrik sebenarnya hanya mempertemukan anoda
dengan katoda tekanan tinggi hingga akan terjadi nyala bersuhu sangat tinggi
dan melelehkan elektroda dan besi. Setelah selesai, hasil las ini langsung
didinginkan sehingga struktur besi akan mendadak berubah dan mengeras. Kerugian
dari las listrik ini adalah adanya hasil terak akibat pemanasan bahan tambah
selain besi. Namun bagaimanapun hasil las listrik ini sangat kuat.
Mengingat bahan yang dipakai pada praktek lab. Refrigerasi
ini adalah logam tembaga yang cukup lunak maka dipakai metoda pengelasan
Oksi-Asetilena. Peralatan lengkap untuk pengelasan ini antara lain :
1. Gas
oksigen dan gas Asetilena
2. Regulator
tekanan gas
3. Selang
dan kepala las
4. Nozzle
las yang disesuaikan dengan tekanan gas
5. Pematik
api
6. Peralatan
pengaman dan air pendingin
Manifold gauge adalah suatu alat yang digunkan untuk membantu
saat pemvakuman ataupun pengisian.
Evacuating atau Dehydrating adalah cara untuk mengosongkan
atau menghampakan sistem dari udara dan gas-gas lain. Membuat vakum pada sistem
sebelum dilakukan proses pengisian bahan pendingin dengan menggunakan pompa
vakum dan alat ukur yang baik adalah suatu keharusan atau standar dari
pengisian sistem pendingin.
Setiap kali sistem diperbaiki atau bagian dari sistem yang
ditukar baru, setelah selesai dipasang kembali, selalu harus diperiksa dahulu
terhadap kemungkinan adanya kebocoran dari bagian yang baru diperbaiki. Setelah
pemeriksaan kebocoran selesai, barulah sistem siap untuk divakum.
Pekerjaan pemvakuman ini merupakan suatu keharusan dalam
setiap proses penginstalasian terhadap sisem refrigerasi. Sisa udara pada
sistem yang tidak divakum akan mengakibatkan udara tersebut tidak dapat
diembunkan pada temperatur dan tekanan pengembunan dari refrigeran juga udara
dapat menaikkan temperatur dan tekanan kondensasi serta saluran discharge
kompresor. Membuat vakum pada sistem dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu :
Ø
Memakai kompresor dari sistem itu sendiri.
Ø
Memakai pompa vakum yang khusus untuk memvakum
sistem.
Berikut adalah langkah pemeriksaan kebocoran pada sistem
dengan menggunakan metoda air sabun :
·
Siapkan air dicampur dengan sabun dan kain lap
atau spon.
·
Isilah sistem dengan gas Nitrogen (N2),
perhatikan tekanan gauge yang terbaca. Tekanan di sisi tekanan tinggi dan sisi
tekanan rendah hams benar-benar di alas 0 (nol) gauge.
·
Hentikan pengisian bila tekanan sudah mencapai
3-5 Bar.
·
Lakukan pemeriksaan kebocoran dengan mengulaskan
kain basah (dengan air sabun) atau spon pada pipa-pipa.
·
Mulailah dengan sambungan dan belokan.
Bila terdapat gelembung, artinya di tempat tersebut ada
kebocoran.
Bila kebocoran terjadi di sambungan, lakukan
tindakan/perbaikan. Bila sambungannya adalah flare/ulir, maka lakukan terlebih
dahulu pengencangan
pada flare. Bila tetap masih bocor, periksa kembali, bila
perlu ganti flare atau perbaiki flaring pipa. Bila kebocoran pada belokan atau
karena ada retakan pada pipa, maka pipa dapat dilas untuk menutupi kebocoran
atau mengganti pipa dengan yang baru.
B.
SARAN
Dan penyusunan laporan ini terutama dalam perancangan refrigerasi kompresi
uap, penyusun menemui beberapa kendala. Sehingga hasil perancangan yang
penyusun buat masih belum sempurna dan masih perlu ada perbaikan-perbaikan
supaya dapat berfungsi lebih baik dan lebih mudah untuk dipahami oleh banyak
kalangan terutama oleh mahasiswa/mahasiswi yang mempelajari bidang refrigerasi
dan tata udara khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Saran yang ingin penulis
sampaikan adalah :
1.
Pembimbing harus mendampingi mahasiswa ketika
praktikum dilaksanakan.
2.
Lengkapi alat-alat praktikum.
Saya Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk Boiler,cooling tower chiller dan waste water treatment untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapusWA:0814-1084-9918
Terima kasih